Model ini Populer sejak diterapkannya Kurikulum 2013 yang mengharuskan guru mengambil penilaian dari proyek yang ditugaskan kepada siswanya.
Begitu banyak model pembelajaran yang dikembangkan di dunia pendidikan.
Begitu banyak model pembelajaran yang dikembangkan di dunia pendidikan.
Tujuannya untuk mencari dan menemukan cara mana yang paling tepat dan
efektif mencapai tujuan pembelajaran.
Semua model memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga
diperlukan analisa dan percobaan yang mendalam untuk menentukan model apa yang
tepat digunakan pada kelas anda, karena masing-masing kelas memiliki karakterestik
yang berbeda.
Dibawah ini saya akan memberikan penjelasan lengkap dari satu
model pembelajaran yang dapat anda gunakan atau anda kombinasikan pada model
pembelajaran yang sudah anda lakukan.
Model
Pembelajaran Proyek (Tugas)
A. Pengertian
Pembelajaran
berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran
berbasis proyek/tugas (project-based/task learning) membutuhkan suatu
pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain
agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik.
Termasuk pendalaman materi dari suatu topik
mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya
dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).
Dalam
pembelajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek yang
kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be rikan
bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas.
Disamping
itu, penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong
tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung
jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Dari
berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori
belajar konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar
yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta
didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya
sendiri.
Dalam
konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong
pebelajar mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman
langsung.
Proyek
dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar
sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar
mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut
banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide
bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks
pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver
& Leach, 1993; Fraser, 1995).
Pembelajaran
konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh
pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif “menerima” pengetahuan.
Dari
perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon
sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses
yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan
struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam
Murphy, 1997).
Kegiatan
nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat
membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan
pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang
lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech,
Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal
ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada
aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan
konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga
knowing that dan knowing how (Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not
sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997).
Perluasan
dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur
peningkatan kecakapan akademiknya.Peranan guru yang utama adalah mengendalikan
ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar, dan memberikan
alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.
B. Katakteristik Pembelajaran Berbasis
Proyek / Tugas
Pembelajaran
berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman belajar
yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut
Buck Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis
proyek memiliki karakteristik yaitu :
1. Siswa membuat keputusan dan
membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang
pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai
hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk
mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara
kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali
apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di
evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang
memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.
C. Ciri – ciri dan Prinsip Pembelajaran
Berbasis Proyek atau Tugas
Ada lima criteria apakah suatu
pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek , lima criteria
itu yaitu :
1.Keterpusatan ( centrality)
Proyek
dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran,
pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu
melalui proyek.
Model
ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama
dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang
dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
2.Berfokus Pada Pertanyaan Atau Masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada
pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras )
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
3.Investigasi Konstruktif Atau Desain
Proyek melibatkan pelajaran dalam
investigasi konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan
masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek
ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan.
4.Bersifat Otonomi Pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan
waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek.
5. Bersifat Realisme
Pembelajaran berebasis proyek
melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah
autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan
yang sesungguhnya.
6.Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Proyek Atau Tugas
Berdasarkan kegiatan pengajar dan
pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan web
terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi
dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai
berikut.
a. Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat
kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan
kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya.
Hal ini akan mendukung keberhasilan
pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab
pertanyaan, beraktifitas dan berkarya.
Kerangka menjadi sesuatu yang penting
untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus
melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan
kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari website atau sumber yang dapat
membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
1.Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang
diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan memperoleh dan
membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu.
Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
Lalu pelajar berupaya berpikir dengan
kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik,
dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
c. Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek
individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas.
Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web.
Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web.
Jika bekerja dalam kelompok, tiap
anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab.
Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
d.Investigasi dan penyajian.
Investigasi disini termasuk kegiatan :
menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa website, dan saling tukar
pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web.
Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating.
Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating.
Lalu penyajian hasil dapat berupa
gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin,
orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang
dicapai oleh pelajar.
e.Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi,
halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu
pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan
selanjutnya.
Peserta menerima feedback atas apa yang
dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online
disajikan untuk memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan
memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
g.Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
D. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas
adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta
didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut
menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan
peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan.
Empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
Empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
e. Membuat tugas bermakna, jelas, dan
menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang
dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah
adalah menjaga siswa tetap terlibat.
Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat mempertahankan
keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas.
Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa
yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa
yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu.
Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa
guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau
strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada
arahan-arahan procedural.
Sebagai contoh guru dpat menghabiskan
waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau
bagaimana menyusun jawaban-jawabannya.
Sementara petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat.
Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
Sementara petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat.
Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
b.Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya,
keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan
rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka
jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada rutindan monoton.
Guru yang efektif mengubah panjang dan
cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi
kognitif yang telibat.
Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri.
Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri.
Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
c. Menaruh Perhatian pada Tingkat
Kesulitan.
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok
atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting
untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas
tersebut.
Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi.
Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi.
Siswa tidak akan tertantang ketika
tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas
seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang.
Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
d. Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi
guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.
Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami
tugas mereka dan proses-proses kognitif yang telibat.
Monitoring ini juga
termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik.
Pada saat beberapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.
dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain.
Pada saat beberapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.
dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain.
Apabila siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut
secara bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri.
Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan umpan balik.
Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain
kompetensi disiplin ilmu (discipline-based competencies) dan kompetensi
interpersonal (interpersonal competencies ) dan kompetensi intrapersonal (
intrapersonal competencies) dalam diri siswa.
Kompetensi disiplin ilmu berkaitan
dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu.
Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat.
Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat.
Kompetensi intrapersonal mencakup
apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja
tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan
mempunyai motivasi.
Kompetensi yang telah
diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat penting untuk
keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan kompetensi yang amat
penting di tempat kerja.
Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
6. Keuntungan dan kelemahan dari
pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek
itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu,
berusaha keras dalam mencapai proyek.
Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
2.Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
Penelitian pada pengembangan
keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk
terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran
khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (
Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa,
pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
4.Meningkatkan keterampilan mengelola
sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang
independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5. Increased resource – management
skills
Pembelajaran berbasis proyek yang
diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik
dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
a.Kebanyakan permasalahan “dunia nyata”
yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan , untuk itu disarankan
mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah .
b.Memerlukan banyak waktu yang harus
diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
c.Memerlukan biaya yang cukup banyak
d.Banyak peralatan yang harus
disediakan
Untuk mengatasi kelemahan dari
pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik dapat mengatasi dengan cara
memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi waktu peserta
didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang
sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian yang
terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
Demikianlah Model Pembelajaran Berbasis Proyek..
0 Response to "Mengenal Secara Mendalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek"
Post a Comment